8/12/2014

Malam Rindu

          0 Comments   
Angin berhembus dari jendela kamar yang terbuka setengah. Lantunan music jazz pelan terdengar dari salah satu sudut kamar. Sambil sesekali menggoyangkan kaki mengikuti irama dari music tersebut seorang gadis terlihat ragu-ragu setiap kali melemparkan pandangan pada jam berbentuk kelinci dikamarnya.

Seakan sedang menunggu sesuatu, dia tampak resah diatas Kasur bermotif zebra. Sementara jarum jam yang terus berdentang semakin membuat dia pasrah. Waktu sudah menunjukkan pukul 19:18. Dia beranjak dari tempatnya dan berdiri di depan kaca yang berukuran hampir seukuran tinggi tubuhnya. Sweater abu-abu panjang dan jeans pendek yang melekat pada tubuh gadis itu terlihat membuat dia nyaman dengan kaki yang dibalut oleh kaus kaki berwarna rose bergambar kelinci. Kali ini dia sambil menjentikkan jemarinya perlahan  ke kaca.

Seolah sedang bercerita dengan bayangan di cermin, dia kemudian mengangkat sebelah alisnya dan melengos pergi. Perlahan dia menuruni tangga dari kamarnya menuju ke salah satu ruangan tempat dia berganti pakaian.

Setelah hampir setengah jam memilih baju mana yang cocok, gadis itu akhirnya memutuskan memakai sweater pink panjang dan rok pendek tosca. Berdirilah dia di depan kaca di ruangan itu sambil menyisir lembut rambutnya dan menyibakkannya ke samping. Manis.

Sementara gadis itu menyisir rambutnya, terdengarlah suara seorang gadis lain sebayanya yang memanggil-manggil namanya. Ternyata gadis itu adalah temannya yang sedari tadi ia tunggu. Diapun pergi dengan bersepatukan teplek abu-abu yang membuat dia semakin terlihat menggemaskan.
           
Setelah menjemput salah satu teman mereka yang lain, mereka kemudian menuju ke sebuah alamat. Malam itu mereka pergi ke rumah salah satu guru mereka ketika SMA dulu. Sesampainya di alamat tersebut, berjumpalah gadis ini dengan teman-temannya yang dulu pernah berjuang bersama-sama saat menuntut ilmu. Yah, dengan dipayungi langit malam, mereka hanyut dalam kenangan masa sekolah dulu.

Setelah beberapa lama bercengkrama dan bertukar kontak, gadis ini pamit untuk pulang. Sekali lagi, ada keresahan yang menggerogoti hatinya. Entah kenapa malam itu langit terasa lebih pekat olehnya. Hanya ada beberapa bintang yang menambah aksesoris langit malam kala itu.

Setibanya dirumah, dia langsung menaiki tangga. Pelan, resah. Sesudah mengganti rok dengan celana jeans pendek dan kembali menggunakan kaus kaki kelincinya, dia menggeser kursi ke samping jendela kamar. Kini di tangannya ada sebuah buku kecil yang sering dia gunakan untuk sekedar mencoret-coret hal yang membuat dia senang dan sebuah pena. Diatas kertas putih dia bercengkrama dengan untaian kata.


“Ditemani malam yang syahdu
Kuambil sebuah buku
Seakan ingin mengadu
Seolah mau bertemu
Tentang rasa yang ragu
Entah ini semu
Atau benar perasaanku

Kukepal kedua tanganku
Ingin hati menggenggammu
Apa daya hanya bisa bertopang dagu
Menyaksikan binar lampu
Kumpulan bintang memelukku

Untukmu
Lelaki dalam benakku
Kulepaskan semua belenggu
Untuk bertemu denganmu
Pada malam rindu”



Sejenak dia terpaku pada satu bintang yang paling terang. Dia tersenyum dan menutup buku kecil itu. Mungkin dia telah tau apa yang sebenarnya membelenggui fikirannya sedari tadi. Rasa rindu yang mencekam tapi lagi-lagi tak tersampaikan.

0 Comment:

Posting Komentar

Oit! Buru-buru amat. Sini ngasih komen dulu. Kali aja kita nyambung, gitu.

Copyright © Fredeva is designed by Fahrihira