Bingung
memulai tulisan ini dengan kalimat apa. Sampai gue tersadar kalo kalimat tadi
sudah menjadi awalannya. Entahlah.
Akhir-akhir
ini semua yang ada disekitar seakan mematikan tombol hidup dihati dan fikiran
gue. Resah, diam, dan lelah. Mungkin diri ini sedang tertatih memperjuangkan
sesuatu yang tak pernah terbalaskan.
Gue inget
pertama kali gue ngerasain hal ini ke orang yang sekarang sedang mencoba
membuat diri ini sakit. Ya, sakit dalam berharap, sakit dalam mengagumi penuh tanya,
sakit dalam perasaan ingin memiliki yang tak kunjung tersampaikan.
Ini tuh
kayak hati kita lagi kerja rodi, tapi nggak pernah dikasih makan. Berat. Sangat
berat. Terluntang-lanting merjuangin sesuatu yang belum tentu orang lain bisa
kayak gini, tapi selalu saja berujung penantian tanpa balasan.
Ya, Pecinta
hebat yang disia-siakan.
Sama juga
kayak lagi lari kenceng berlawanan arah dari rute sebaliknya. Peluang jatoh
udah didepan mata, tapi tetep aja berani terus berlari, siap sakit.
Atau
mungkin,
Kayak lagi
menggantungkan mimpi pada satu khayalan semu. Samar-samar memang, tapi tetap
saja dinikmati.
Perasaan ini
yang terus membuat gue pasrah dibuatnya. Gue nggak bisa ngespreksiin hal ini secara
langsung. Hal yang biasa gue lakuin cuma duduk diam, masang headset dan
dengerin lagu, merem. Kadang gue nangis tanpa alasan. Ya, begitulah seorang
pecinta yang disia-siakan menikmati rasa yang sedang mencoba menggerogoti
hatinya.
Manusia
kadang berada pada titik dimana dia nggak berdaya ngelakuin apa aja. Fisiknya
mungkin kuat, tapi hati, bahkan orang yang ceria sekalipun sekali waktu dia
akan berada pada tingkat paling dasar dari sebuah perasaan.
Rapuh,
buntu, kosong.
0 Comment:
Posting Komentar
Oit! Buru-buru amat. Sini ngasih komen dulu. Kali aja kita nyambung, gitu.