Bab pertama
di Koala Kumal sukses bikin gue completely
flashback.
Cerita
tentang bagaimana Raditya Dika bertemu dengan sahabat-sahabat pertamanya, Bahri
dan Dodo, ketika sedang bermain layangan.
Berbeda hal
nya dengan Radit, gue nggak sedang mutusin layangan orang untuk akhirnya
dipertemukan dengan sahabat pertama gue waktu itu.
Awal masuk
Sekolah Dasar merupakan waktu-waktu terberat buat gue. Kota baru, tempat tinggal
baru, pokoknya semua serba asing. Sedangkan gue, tipikal orang yang agak sulit
beradaptasi.
Sejak bokap
pindah tugas ke Gorontalo, gue suka ngerasa nggak betah main. Setiap hari si
nyokap gue suruh nemenin di kelas. Jadilah selama kelas satu SD gue dijagain
nyokap sampe pulang sekolah. Baru setelah itu si nyokap berangkat kerja.
Iya. Gue
emang nyusahin.
Sampai suatu
ketika, hari itu datang. Rabu yang bikin gue nggak minta dijagain
lagi di sekolah.
Pagi yang
terlalu mendung untuk membuat gue melek di pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti
biasa, si nyokap berdiri di depan pintu kelas sambil ngejagain gue yang
sesekali nengok ke arah dia. Yang nggak gue tahu, sebelum masuk kelas ternyata
nyokap udah sekongkol sama guru gue supaya gue dibikin merhatiin terus ke depan,
berhubung nyokap hari itu ada ujian dan nggak boleh kesiangan.
Awalnya gue
agak curiga soalnya tangan nyokap nggak mau dipegang. Namun karena hujan deras dan suara nyaring bu guru, gue jadi nggak nyadar ternyata nyokap
makin lama makin ngejauh dari gue secara perlahan.
Hingga pas
dia berhasil lari ke gerbang dengan ayah yang sudah menunggu di mobil, gue baru
tersadar kalau nyokap nggak ada di pintu kelas. Tanpa ba-bi-bu gue langsung
lari keluar kelas sambil nangis berniat untuk ngejar nyokap. Tapi, sampai gue
udah basah kuyup, gue cuma bisa ngeliat mobil itu makin lama makin menjauh.
Mampus.
Bener-bener mampus.
Kenapa?
Satu. Gue
nggak bawa baju ganti, sedangkan di kelas ruangannya ber-AC, lengkap dengan karpet. Yang ada pas masuk gue bakal dikira jemuran berjalan.
Dua. Yang
ngajar pelajaran Bahasa Indonesia waktu itu gurunya tegas nan disiplin. Yakali gue abis kabur kayak tahanan terus balik ke kelas dengan
kondisi kayak gitu. Bukannya diizinin masuk, mungkin gue akan disuruh lari keliling
lapangan sambil ngafalin KBBI.
Tiga. GUE
NGGAK PUNYA TEMEN DI KELAS WOI ORANG DIJAGAIN MULU’!
Dalam
kondisi seperti ini, gue hanya punya dua pilihan. Masuk kelas dan diomelin,
atau masuk dalam kardus dan minta diselundupkan saja ke Madagaskar.
Namun, baru
saja gue akan melakukan pilihan kedua, si bu guru ternyata keluar dari kelas dan membawakan handuk.
Gue lalu dibungkus dengan penuh kasih.
Setelah selamat dari dugaan-dugaan horror tadi, gue memutuskan untuk tidak kembali ke kelas dan duduk nggak tahu diri di UKS. Baru setelah hujan reda, gue kembali ke kelas sambil diem seribu bahasa. Semua orang terasa asing.
Gue lalu dibungkus dengan penuh kasih.
Setelah selamat dari dugaan-dugaan horror tadi, gue memutuskan untuk tidak kembali ke kelas dan duduk nggak tahu diri di UKS. Baru setelah hujan reda, gue kembali ke kelas sambil diem seribu bahasa. Semua orang terasa asing.
Udah laper, kedinginan, nggak punya temen. Ngenes maksimal.
Gue akhirnya berjalan ke
belakang kelas, kemudian asal duduk di kursi pojok belakang.
Dan... Pluk. Ketiduran.
Beberapa
lama kemudian, gue merasa ada yang nyolek-nyolek. Merasa terganggu, gue membuka mata.
Di samping gue kini duduk seorang anak perempuan dengan matanya yang sipit dan
rambut lurus lemas sebahu. Gue menaikkan kedua alis, dia terlihat bingung
memulai percakapan.
Tak lama kemudian, datanglah seorang anak perempuan berperawakan riang gembira kayak abis menang togel. Dia kemudian mengulurkan tangannya mengajak gue berkenalan.
Tak lama kemudian, datanglah seorang anak perempuan berperawakan riang gembira kayak abis menang togel. Dia kemudian mengulurkan tangannya mengajak gue berkenalan.
“Rinda. Nama
aku Rinda.”
“Deva.”
“Udah tahu. Nama paling panjang di absen, kan? Ini yang di samping kamu namanya Rifkia. Anaknya emang pemalu. Tapi kalo udah kenal baik kok, walopun agak pemalu. Tapi ramah kok, walopun agak pemalu. Tap—“
“Deva.”
“Udah tahu. Nama paling panjang di absen, kan? Ini yang di samping kamu namanya Rifkia. Anaknya emang pemalu. Tapi kalo udah kenal baik kok, walopun agak pemalu. Tapi ramah kok, walopun agak pemalu. Tap—“
Belum selesai
Rinda menyelesaikan cerpennya, Rifkia membekap mulut Rinda sambil cengengesan.
Rifkia
nyengir. Rinda nyengir. Gigi mereka ompong satu.
Sejak hari
itu, kita jadi sering bersama. Pulang bareng, main bareng, bahkan tidur bareng…
orang tua kita masing-masing.
Hingga tiba hari itu.
Hari dimana tragedi yang bikin kita nggak pernah ketemu lagi terjadi.
Bukan secara fisik, jauh lebih dari itu.
Hari dimana tragedi yang bikin kita nggak pernah ketemu lagi terjadi.
Bukan secara fisik, jauh lebih dari itu.
Ceritanya,
sore itu kita lagi nunggu jemputan. Seperti hari-hari kemarin, gue selalu asyik
mewarnai buku gambar di kursi taman, sedangkan Rinda dan Rifkia sibuk main
kejar-kejaran kayak bocah (lah emang gue apa).
Belum
beberapa lama mereka main, tiba-tiba hujan turun deras. Karena melihat mereka
ketawa-ketawa bahagia sambil hujan-hujanan, gue pun memutuskan untuk ikut
meramaikan. Awalnya
semua baik-baik aja. Sampai ketika gue dan Rinda capek kemudian memilih duduk
sebentar.
Namun tidak dengan Rifkia, dia yang melihat teman kita yang lain,
Lulu, langsung pergi ke arah gerbang dan
ledek-ledekan sama Lulu disitu. Lulu
memasukkan tangannya ke celah besi gerbang, kemudian mencoba menarik Rifkia. Tanpa
sepengetahuan mereka, gerbang itu sedang rusak dan mau lepas.
Hingga
ketika Lulu menarik kembali tangannya, disusul oleh tangan Rifkia yang berhasil
ditarik pula, gerbang tersebut seketika copot dan jatuh ke arah Rifkia.
Kia tertimpa besi gerbang dan kepalanya mengeluarkan darah.
Kia tertimpa besi gerbang dan kepalanya mengeluarkan darah.
Semua guru kemudian
berhamburan keluar dan mengangkat besi gerbang tersebut. Sampai ambulance
datang dan membawa Rifkia, gue dan Rinda hanya bisa tertegun, terisak sambil mengingat kembali
kejadian tadi.
Rintihan kesakitannya.
Suara paraunya yang makin lama makin habis.
Rintihan kesakitannya.
Suara paraunya yang makin lama makin habis.
Setelah hari
itu, gue tidak pernah lagi bertemu Rifkia. Kabar terakhir yang gue dengar dia
balik ke Surabaya sambil melakukan pengobatan. Kia mengalami sedikit retak di
bagian kepala sehingga membuat dia jadi agak lambat berfikir juga kehilangan
beberapa memori otak. Sama halnya dengan Kia, Rinda pun ikut dipindahkan ke SD
lain untuk memulihkan traumanya.
Gue
kehilangan dua sahabat pertama.
--
Tahun silih
berganti, gue juga sudah beberapa kali pindah sekolah mengikuti tempat kerja
ayah. Dan entah apa yang sedang dilakukan takdir, pada pertengahan tahun 2011, gue akhirnya dipertemukan
lagi dengan Rifkia.
Waktu itu gue lagi jalan-jalan ke kebun keluarga. Ternyata, tante kita berdua ternyata temenan juga. Dan kebetulan, waktu itu Rifkia diajak tantenya main
ke kebun keluarga gue.
Yang disayangkan, Rifkia nggak inget sama sekali soal gue dan Rinda. Bicaranya juga memang lebih pelan dari orang biasa. Tatapannya seringkali kosong, namun selalu nurut ketika diajak ini itu. Gue pengen nangis tapi sebisa mungkin gue tahan. Gue ngajak dia jalan-jalan ke bukit, bakar jagung bareng, nanem taneman bareng, pokoknya sebisa mungkin bikin dia seneng. Walaupun di mata dia gue cuma orang asing.
Yang disayangkan, Rifkia nggak inget sama sekali soal gue dan Rinda. Bicaranya juga memang lebih pelan dari orang biasa. Tatapannya seringkali kosong, namun selalu nurut ketika diajak ini itu. Gue pengen nangis tapi sebisa mungkin gue tahan. Gue ngajak dia jalan-jalan ke bukit, bakar jagung bareng, nanem taneman bareng, pokoknya sebisa mungkin bikin dia seneng. Walaupun di mata dia gue cuma orang asing.
Sampai akhirnya tiba waktu pulang. Gue memeluk dia untuk yang
terakhir, karena gue akan balik lagi ke Bandung.
Rifkia, di balik punggung kita
masing-masing, ternyata mengeluarkan setetes air mata juga.
Salam kenal mba, ini kunjungan pertama saya ke blognya ^^
BalasHapusSalam kenal juga ya. :)
HapusSiapa yang naruh bawang di sini?
BalasHapusRifkia, hiks. Im sorry to hear that.
BalasHapusPeluk gue dev peluk gue jangan dia doang :P
BalasHapusMau ditabok pipi kanan dulu apa kiri, Ul? :(
HapusMau ditabok pipi kanan dulu apa kiri, Ul? X) (2)
HapusMasih aja ada komen cowok ngenes begini. Eh, maaf.
Hapusada yang ngarep juga ni :D
HapusMas Fandhy saolohh.
HapusYogaaa sama Koko ngecengin si Ul yahampun :')
HapusCo cuit....
BalasHapusCo cuit ciapa wkwk
HapusNgingetin gue sama mereka...
BalasHapusBahri mantan kamu?
HapusBikin flash back ini :')
BalasHapusBBF nih, sekarang masih komunikasian kan sama mereka?
BalasHapusRifkia udah nggak ada kabar. Rinda masih tapi ga pernah ketemu lagi.
Hapushemm, curhat teman masa kecil ya dek :)
BalasHapussini mas apus air matanya hehehe
:))
HapusIshh benturan gitu bisa bikin amnesia permanen ya . .??
BalasHapusDuhh sedih bacanya . . Jadi gimana kabar si rinda . . apa dia juga tahu kabar dari Rifkia ini . .??
Iya bisa.
HapusDulu sempet ketemu Rinda pas SMA, i lost contact lagi. Dia nggak tahu.
makin keren nih tulisannya, mungkin terpengaruh oleh bacaannya hehehe
BalasHapusAamiin. Makasih mas Dan. \:D/
Hapusuh... :'(
BalasHapus:))
HapusSedih juga dev, semoga aja rifkia itu cepet sembuh dari ingatan masa lalunya dan bisa hidup seperti biasa lagi. Aamin :')
BalasHapusIya aamiin. Makasih ya Ai.
HapusEnding ceritanya menjadi turut sedih, pertemuan dengan teman lama meski salah satu tidak mengenali tapi sempat meneteskan air mata.
BalasHapus:))
HapusPengalaman dengan sahabat pertama yang... uh... Rifkia...
BalasHapus:))
HapusSedih ;'(
BalasHapus:))
HapusDuh kuterharu :(
BalasHapusDuh gue kebawa ceritanya..
Dalem smg dua sahabt kecilmu kan selalu kuat
:))
HapusAamiin bang zi, makasih ya.
Pipis kuda, kiain mau cerita sarap kayak biasanya aku baca :(
BalasHapusKasihan banget sama Rifika, dia nggak inget apa-apa. Kak dev juga shock nggak?
Hehe nggak tahu nih otak lagi ga normal.
HapusIya, Di. Yakali aku biasa aja. -___-
Speechless. Kacau lu, Dev. Kacau. Tulisannya penuh perasaan.
BalasHapusGue nggak bisa ngebayangin lagi gimana perasaan gue kalo kehilangan sahabat kayak gitu. ( akibat kecelakaan dia bener-bener lupa sama gue )
Ah. :')
:))
HapusYa paling gitu, Yog. Deket tapi dianggep asing. Sedihnya luar biasa.
Dev, dev.
BalasHapusOrang dewasa boleh nangis nggak sih?
Lo dewasa emang Key? Hahahah
HapusJam 9.35 malam. Mataku berkaca-kaca membaca ini.
BalasHapusdev~ :"
BalasHapusIyaa I:))
Hapustu lulu jailnya minta ampun banget ya, bagusnya diserudukin banteng. kalau lulu ngak jail kayak gitu paling si Rifkia masih ingat dengan masa - masa saat kalian temenan waktu esde. :D
BalasHapusdianexploredaily.blogspot.com
Iya, Dian. Awalnya becanda doang sih. Emang kecelakaan.
HapusDev, itu serius sampe lupa ingatan gitu, dev? kasihan, ya temen lu. Padahal, andai saja tidak ada yang jahil narik pintu gerbang itu, kemungkinan 3 sahabt ini tidak akan terpisahkan.
BalasHapusMeskipun dia udah lupa ingatan tentang lu, dev. Tapi ada tetesan kata hati yang menguatkan bahwa dia ingat. Hanya tak jelas harus bagaimana.
Lu sukses buat Pangeran Wortel nyebur di tulisan ini. "Kolam renang kali.." XD
Iya pangeran wortel. :')
Hapuskelar baca nya gue jadi merinding terharu. :(
BalasHapusgak nyangka ya,
padahal cuma karena usil tingkah anak2, ternyata ada resiko besar untuk masa depannya.
:))
HapusHalo cantiiik. \:D/
BalasHapusNggak tahu nih. Bawaan hati hahaha.
Kalimat akhir yg saling memunggungi ada air mata itu kenaa banget...
BalasHapussedih ya
:))
HapusT_T *speechless* :'(((
BalasHapusjadi inget temen sepecundang gue si irwan :'(
BalasHapusHahaahha temen sepecundang :))
HapusAsli tegang gue baca ceritanya. Ngena banget soalnya.
BalasHapusIya, Nta :))
Hapustumben banget nulis pake perasaan gni, dev.
BalasHapussedih banget pastinya yak. yang dulunya deket, skrg ga bisa deket lagi, karena memori sahabat lo mulai hilang. dan sebaiknya gtu sih, walaupun dia lupa sama diri lo, snggaknya lo ttep deket juga sama dia. bhkan ngajak dia jalan''.
sahabat sd gue.....
kyaknya mereka udah lupa kali yak. ga prnah ktemu slama tujuh tahun, krena gue mondok. dan skrg, gue udh pindah tmpat tinggal juga.
Tumben lu kagak rusuh. Biasanya di mana-mana rusuh mulu.
HapusIya lagi kebentur kepala gue, Pao.
HapusMuahhaha. Ini komnan lo tumben banget sopan. Wah dibajak nih pasti.
Gue juga rada nggak percaya ini Paoji apa bukan ya yang komen .__.
HapusDari cerita Koala kumalnya Raditya Dika bisa ngingetin lo sama sahabat kecil lo, dan dari ceita lo bisa ngingetin gue sama sahabat kecil gue semasa SD. Sumpah gue kangen mereka tapi kita beda kota dan udah lama nggak ketemu. By the way ini kunjungan pertama gue ke blog lo, dan kesan pertamanya bagi gue itu sumpah, tulisan lo bagus banget. Bisa ngena banget ke gue haha. Salam Kenal :)
BalasHapusHai, Rido. Salam kenal ya sebelumnya. Terima kasih sudah mau membaca^^
HapusSering-sering ga bener aja otaknya, Dev. Biar tulisannya gak gesrek kayak gini :(
BalasHapusJadi kebayang Deva kecil.
Eh, ini nulisnya copas dari MS Word, ya? Jadi agak berantakan gitu. Font-nya ga kayak biasa, spasinya juga.
Coba di-remove formatting aja (pojok kanan atas, antara Quote dan Check Spelling) *komentator perhatian*
HapusHehehehe iya Mas Renggo..
HapusOalah nanti aku benerin dulu, deh, ya.
Makasih sarannyaaaa.
Nggg... Sedih bacanya, Dev.
BalasHapusKehilangan dua sahabat pertama. Tapi dipertemukan kembali dengan keadaan yang dia lupa sama kenangan dulu.
Yang bikin 'nyess'. Pas pulang si Kia ikut nangis juga, ya? Meskipun lupa, dia pasti punya perasaan yang sama kayak waktu SD dulu.
Iya, Rima. Deva juga sedih.
HapusKia nangis juga. Kayaknya emang dia memaksa ingat tapi nggak bisa. :')
Ini cerita nyata? sedih banget beda sama hidup gw yang lempeng.
BalasHapusNyata, kok. :))
Hapussip deh ceritanya bikin sedih
BalasHapusEndingnya bikin merinding aja
BalasHapussedih banget dev rasanya kehilangan sahabat pertama
+ dia lupa tpi walaupun ada memori yang hilang pasti ada sedikit kenangan yang ga akan bisa di lupakan
:(
Iya, Koko. Yah, mau gimanapun juga, semua udah terjadi. :))
HapusDeeeeev.. Emang nyesek ya kalok kehilangan sahabat, apalagi karena keadaan :'
BalasHapusAku dulu punya kawan cowok SMA, yang kehilangan beberapa memorinya gegara keseringan makan Indomie.. Rasanya pengen nangis meraung-raung dan protes.. :( Tapi alhamdulillah setelah beberapa lama bisa inget lagi.. Yah, semoga temen kamu bisa begitu jugak yaaaa.. :'D
Gara gara keseringan makan indomie? Serius kak? ((((dilema pecinta indomie))))
HapusINI KOK GUE MALAH NGAKAK YA BACA KOMEN BEBY :'((
HapusHayoloh Nis.. *ceritanya nakut-nakutin* *padahal pecinta indomie juga*
HapusSumpah ya dev, tulisanmu jadi kece banget :' rugi banget aku lama nggak mampir sini dan nggak ngikutin perkembangan tulisanmu :' hihihi sedih banget nih cerita, merinding aku bacanya :'
BalasHapusAamiin allahumma aamiin. Makasih ya Feeeb :))
Hapusduuhh.. sedih ngebacanya :(
BalasHapus:))
HapusBaca ini gua jadi inget sahabat kecil gua dulu. Gua kenal mereka ketika masuk SD dan cuma sampe kelas dua karena gua pindah SD. Sekarang gua kanget banget tapi jangankan ketemu, punya kontaknya aja enggak :(
BalasHapusSahabat kecil emang yang paling ngangenin yah, Ta :))
Hapussumpah terharu sedih gimanaaa gituh :(
BalasHapusduh dev jadi melow gini :(
BalasHapusRasanya nyesss...
BalasHapusGerbang bisa membuat masa depan seseorang berubah drastis.. :')
Gak bisa ngebayangin gimana horornya waktu itu.
Iya, Bang Edotz.
HapusGue juga tiba-tiba doang keinget ini :)
Duh, kak. Kalo ngupas bawang jangan kebanyakan, keluar air mata tuhkan. Suatu saat dia pasti bakal inget dan kalian pasti bisa ngusap air mata itu bareng2 digantikan dengan senyuman yang lebar. Kiss kiss ciaobella :*
BalasHapusAamiin allahumma aamiin. Makasih ya, geulis :)) :*
Hapussemacam siraman rohani ditengah malam :'D
BalasHapussukses bikin terenyuh
Alhamdulillah :)
Hapusgue mau nyalahin lulu, tapi nggak bisa juga, namanya juga anak2. saling ngejek kan udah jadi bumbu penyedap pertemanan. ya nggak ?
BalasHapusBetul. Ini kecelakaan kok :)
HapusOkee, gue bingung mau komentar apa. Ini ceritanya... ngg sedih juga. Tapi, gak nangis kok. gengsi, ah. Hahaha
BalasHapusGue kira, cerita kayak gini cuma ada di cerpen doang. :))
Hahahaha cowok :))
HapusNggak, kok, Gung.
Strong kak Devaaaaaa \:D/
BalasHapusNgebayanginnya sih miris banget, pagar gede nimpa anak kecil. Walaupun gak nyangka banget akibatnya jadi amnesia :(
Makasih cantiik :*
HapusIya :))